MarthaChristina Tiahahu (lahir di Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800 - meninggal di Laut Banda, Maluku, 2 Januari 1818 pada umur 17 tahun) adalah seorang gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusalaut. Lahir sekitar tahun 1800 dan pada waktu mengangkat senjata melawan penjajah Belanda berumur 17 tahun. Ayahnya adalah Kapitan Paulus Ceritarakyat dari Nusa Tenggara Timur - adalah kisah dua orang kakak beradik yang bernama Lona Kaka dan Lona Rara. Cerita rakyat ini memiliki tauladan tentang persaudaraan dan jangan merasa iri hati dengan apa yang dimiliki saudara yang lain. Cerita rakyat Indonesia ini cukup terkenal di daerah asalnya. CeritaRakyat NTT, Lakomola si Burung Penolong dari Kabupaten Rote Ndao. POSKUPANGWIKI.COM - Cerita Rakyat NTT : Lakomola si Burung Penolong yang Baik dari Kabupaten Rote Ndao. Pada zaman dahulu Manusia belum mengenal apa-apa. Tiap hari mreka pergi mencari hasil hutan untuk mereka makan dan bertahan hidup baik di hutan-hutan atau di padang luas. LegendaWatu Maladong dari Nusa Tenggara Timur. Di tanah Sumba, hiduplah seorang petani yang mewarisi tombak sakti dari leluhurnya. Suatu hari, tombak itu ia lempar ke arah seekor babi hutan yang merusak kebunnya. Babi itu pun terluka di bagian perut dan lari ketakutan. Namun, tombak sakti yang menancap di tubuhnya ikut terbawa. Vay Tiền Nhanh Ggads. Ada sebuah pepatah yang mengatakan kalau tak kenal maka tak sayang. Nah, berikut ini ada cerita rakyat dari Sumbawa berjudul Tanjung Menangis yang menarik untuk disimak. Yuk, langsung dicek saja!Sama seperti provinsi lainnya di Indonesia, Nusa Tenggara Barat memiliki kisah legenda yang sayang sekali kalau dilewatkan. Salah satunya yang nanti bisa kamu baca di sini adalah cerita rakyat Tanjung Menangis yang berasal dari daerah masuk ke cerita, kamu harus tahu dulu kalau Tanjung Menangis merupakan sebuah tempat wisata yang begitu indah. Namun siapa sangka di balik keindahannya, ada sebuah legenda yang tragis yang seperti kisah lengkapnya? Daripada semakin penasaran, mending langsung cek saja cerita rakyat Tanjung Menangis di bawah ini. Selain ceritanya, kamu pun dapat menmukan ulasan unsur intrinsik dan fakta Rakyat Asal Usul Tanjung Menangis Asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat Sumber Indonesia Kaya Pada zaman dahulu kala di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, ada sebuah kerjaan yang dipimpin oleh seorang datu atau raja. Raja tersebut diberi gelar Datu Samawa. Sang raja memiliki seorang anak perempuan yang sangat cantik. Kecantikannya itu tersohor hingga ke negeri tetangga. Namanya adalah Putri Lala Intan Bulaeng. Putri raja itu tak hanya memiliki paras yang cantik, tetapi juga kepribadian yang baik. Maka dari itu, ia begitu dicintai oleh rakyatnya. Hingga pada suatu hari, Putri Lala tiba-tiba terjangkit sebuah penyakit yang aneh. Sang raja tentu saja berusaha untuk menyelamatkan putrinya. Namun, semua usaha yang telah dilakukan nampaknya belum membuahkan hasil. Datu Samawa bahkan meminta bantuan pemimpin kerajaan lain, yaitu Datu Dompu dan Datu Bima untuk mencari tabib sakti guna menyembuhkan putrinya. Sayangnya, lagi-lagi usaha mereka menemui jalan buntu. Mengadakan Sayembara Bertahun-tahun sudah Putri Lala Intan Bulaeng mengidap penyakit aneh. Namun selama itu pula, masih belum ada yang mampu menyembuhkannya. Raja kemudian merasa sangat putus asa. Terlebih lagi, ia juga tidak tega melihat istrinya yang setiap hari menangis meratapi kondisi anak perempuannya. Sang raja kemudian memanggil para penasihatnya. Ia ingin meminta pendapat dari mereka mengenai tindakan yang harus dilakukan selanjutnya. Dari pertemuan tersebut kemudian diputuskan supaya raja mengadakan sayembara. Kemudian katanya, “Barang siapa dapat menyembuhkan putriku yang sedang sakit parah nanti akan kuberi hadiah.” “Jika perempuan akan kuangkat sebagai anak. Namun jika laki-laki, nanti akan kujadikan menantu, ” lanjutnya. Baca juga Dongeng Burung Tempua dan Burung Puyuh Beserta Ulasannya, Pengingat Bahwa Tiap Orang Punya Selera Berbeda Perjalanan Kesembuhan Sang Putri Para utusan raja kemudian menyebar untuk membagikan perihal sayembara itu. Ada yang menuju ke arah barat, timur, selatan, dan utara. Dengan begitu, semakin banyak orang yang mendengar dan mengikuti sayembara, semakin cepat pula putri disembuhkan. Berita tentang sayembara itu terdengar hingga seantero negeri. Semua orang yang merasa mampu menyembuhkan sang putri boleh mengikutinya. Kabar sayembara tersebut sampai juga ke Pulau Sulawesi. Banyak tabib dari daerah tersebut kemudian menjajal peruntungannya untuk menyembuhkan sang putri. Para tabib sakti yang datang memang kebanyakan berasal dari tempat yang jauh-jauh. Mereka mengerahkan semua kemampuan untuk mengobati sang putri. Sayangnya, tak ada satu pun yang berhasil. Raja tentu saja merasa begitu sedih mengetahui fakta tersebut. Akan tetapi, ia masih berharap ada keajaiban yang akan menyelamatkan putrinya. Datanglah Seorang Kakek-Kakek Hari berganti hari, keadaan sang putri tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Hingga pada suatu hari, ada seorang kakek tua yang sudah renta bernama Daeng Paringgi datang ke istana. Ia datang jauh-jauh dari Ujung Pandang untuk mengikuti sayembara meski jalannya sudah susah dan menggunakan tongkat. Setelah diizinkan masuk dan menghadap raja, kakek itu memohon izin untuk mengikuti sayembara menyembuhkan Putri Lala Intan Bulaeng. Katanya, “Ampun beribu ampun, Baginda. Hamba ke mari memberanikan diri untuk mengikuti sayembara yang diadakan oleh Baginda. Apakah Baginda memperkenankan hamba untuk mengikutinya?” “Tentu saja, semua orang berhak mengikuti sayembara yang kuadakan,” jawab sang raja. Kakek tersebut kemudian diantar oleh beberapa pengawal untuk bertemu menemui Putri Lala Intan Bulaeng. Mereka kemudian berjalan menuju sebuah bukit yang terletak di sebalah timur istana. Di sana, sang putri telah tidur di atas bale-bale yang sekelilignya ditutup oleh kain putih. Setelah itu, pengawal yang mengantar menjaga di luar bale. Kemudian, Daeng Paringgi masuk ke dalam balai tersebut. Laki-laki tua kemudian berdoa sebelum mencoba untuk menyembuhkan sang putri. Atas kuasa Tuhan, perempuan itu pun akhirnya sembuh. Baca juga Cerita Rakyat Asal-Usul Ikan Pesut Mahakam dan Ulasan Menariknya, Sebuah Pelajaran Bagi Orang Tua Raja Bahagia Putrinya Sembuh Putri Lala Bulaeng yang sudah sembuh kemudian bersama-sama dengan Daeng Paringgi dan beberapa pengawalnya menghadap raja. Ketika melihat sang putri di hadapannya sudah sembuh, tentu saja membuatnya merasa sangat bahagia. Sesuai dengan perjanjian, seharusnya Datu Samawa menjadikan Daeng Paringgi sebagai menantunya. Namun, melihat fisik sang tabib yang sudah begitu tua, sang raja tentu saja tidak tega jika putri cantiknya menikah dengan lelaki itu. Ia lalu berubah pikiran. Katanya, “E
 Daeng, rasa terima kasihku tak terhingga terhadap Daeng karena telah menyembuhkan putriku. Maka sekarang, aku akan memberimu hadiah yang sangat banyak.” “Jika Daeng menginginkan uang, maka aku akan memberikannya. Jangankan uang, emas permata, atau harta apa pun itu akan aku berikan,” lanjutnya. Mendengar hal tersebut, tentu saja Daeng Paringgi merasa kecewa. Ia sedih karena tiba-tiba sang raja mengingkari janjinya. Dengan sopan, laki-laki tua itu menolak hadiah yang diberikan oleh sang raja. Ia lalu berjalan keluar meninggalkan istana. Di lain sisi, Putri Lala Bulaeng merasa iba setelah melihat wajah sedih Daeng Paringgi saat keluar istana. Ia kemudian berlari mengejar pria itu menuju ke ujung tanjung. Kebenaran tentang Daeng Paringgi Dari jarak yang tidak begitu jauh, sang putri melihat Daeng Paringgi menaiki sampannya. Saat itu juga, keajaiban pun terjadi. Kakek tua yang renta tersebut berubah menjadi seorang pemuda yang begitu tampan dan gagah. Seketika itu, Putri Lala Bulaeng merasa jatuh cinta. Wanita muda itu lalu menghampiri sang pemuda. Katanya, “Apakah benar Tuan adalah kakek tua yang mengobatiku tadi?” “Iya benar, Putri. Kakek tua tadi adalah perwujudan hamba. Nama hamba yang sebenarnya adalah Zainal Abidin. Hamba berasal dari Kerajaan Gowa.” Sang putri kemudian mengangguk dan berkata, “Tuan, mari menghadap Ayahanda bersama-sama. Tuanlah yang seharusnya menjadi suamiku sesuai dengan sayembara yang telah diucapkan ayahandaku.” Akan tetapi, usulan Putri Lala Bulaeng itu tidak disetujui oleh sang pemuda. “Maafkan hamba, Putri. Namun, hamba tidak bisa kembali ke istana lagi.” “Hamba tidak memiliki keberanian untuk menghadap sang raja. Karena siapalah hamba ini yang hanya datang dari pulau seberang,” katanya sambil tersenyum. Baca juga Dongeng Ikan Mas Ajaib dan Pohon Emas Beserta Ulasannya, Pengingat Agar Selalu Tulus Melakukan Segala Hal Kejadian yang Tragis pun Terjadi Putri Intan Lala Bulaeng kemudian terdiam sejenak. Ia memikirkan cara untuk meyakinkan Zainal Abidin supaya mau kembali ke istana. Lalu katanya, “Siapa pun Tuan dan dari mana datangnya, apabila pandai membawa diri dan elok menempatkan sikap, maka akan jadi saudaran sejiwa.” “Jika Tuan tetap tidak bersedia, maka saya akan tetap berada di sini,” sumpahnya. Perkataan tersebut membuat sang pemuda terhenyak. Namun, ia memang sudah berbulat hati untuk pergi dan mengikhlaskan sang putri. “Maafkan hamba, Putri. Tapi, hamba tetap tidak bisa. Semoga suatu hari nanti, kita dipertemukan lagi jika Tuhan mengizinkan,” putusnya. Ia kemudian mengayuh sampannya dan pergi menjauh dari sang putri. Putri Lala Intang Bulaeng merasa sangat sedih karena ditinggal oleh cinta pertamanya. Ia pun menangis sejadi-jadinya. Tanpa sadar, sang putri berlari mengejar pujaan hatinya hingga sampai ke tengah laut. Akhirnya, wanita yang malang tersebut meninggal karena tenggelam. Sejak saat itu, tempat itu kemudian diberi nama Tanjung Menangis untuk mengenang kisah sedih kedua sejoli ini. Baca juga Kisah Rapunzel Si Putri Rambut Panjang Versi Grimm Bersaudara dan Ulasan Lengkapnya Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Sumbawa Tanjung Menangis Sumber Wikimedia Commons Menurutmu bagaimana cerita lengkap legenda Tanjung Menangis asal Sumbawa ini? Seru sekali, kan, pastinya? Nah selanjutnya, di sini kamu akan menyimak mengenai unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita tersebut. Mari langsung saja dilanjutkan membacanya! 1. Tema Tema dari legenda Tanjung Menangis asal Sumbawa ini adalah menepati janji yang telah diucapkan. Jika tidak, akan ada banyak pihak yang tersakiti. Jika saja Datu Samawa menepati janjinya, Daeng Paringgi dan Putri Lala Intan Bulaeng pasti sudah menikah. Hal itu akan menyelamatkan Daeng dari rasa kecewa dan sang putri dari patah hati. 2. Tokoh dan Perwatakan Dari cerita rakyat Tanjung Menangi asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini, ada tiga tokoh yang akan dibahas lebih dalam. Ketiga tokoh tersebut adalah Datu Samawa, Daeng Paringgi, dan Putri Lala Intan Bulaeng. Datu Sawama sebenarnya adalah seorang raja yang begitu mencintai rakyatnya. Ia juga seorang ayah yang sangat menyayangi putrinya. Segala usaha ia lakukan untuk kesembuhan sang putri. Hanya saja, dirinya tidak bisa memegang teguh janjinya. Dengan seenaknya, ia membatalkah hadiah sayembara dan menggantinya begitu saja setelah melihat fisik dari sang tabib yang menyembuhkan anaknya. Setelah itu, ada Daeng Paringgi. Ia merupakan seseorang yang baik dan bijak. Dirinya datang jauh-jauh dari Sulawesi untuk mencoba menyembuhkan putri. Meskipun raja tiba-tiba mengubah hadiahnya, ia menerimanya dengan lapang dada dan tidak memilih jalan kekerasan. Kemudian yang terakhir tentu saja ada Putri Lala Intan Bulaeng. Wanita ini adalah wanita berparas cantik dan baik hati. Sayang sekali, ia harus mengalami jatuh cinta dan patah hati di saat yang bersamaan karena ayahnya yang mengingkari janji. 3. Latar dari Cerita Rakyat Tanjung Menangis Asal Sumbawa Secar umum, latar belakang dari cerita rakyat Tanjung Menangis ini terjadi di Nusa Tenggara Barat, tepatnya daerah Sumbawa. Namun tenang saja, kamu pun bisa menemukan latar spesifiknya di sini. Beberapa yang sudah disebutkan adalah kerjaan, bukit samping kerajaan, dan laut. Selanjutnya, latar suasanya yang paling mendominasi dalam kisah ini adalah kesedihan dan kekecewaan. 4. Alur Seperti kebanyakan legenda-legenda yang mungkin telah kamu baca, cerita rakyat asal sumbawa berjudul Tanjung Menangis ini menggunakan alur maju. Kisahnya dimulai dengan Putri Lala Intan Buleang yang memiliki penyakit aneh. Datu Samawa sudah mengundang banyak sekali tabib sakti untuk menyembuhkannya. Namun, hasilnya tetap saja nihil. Hingga akhirnya, ia mengadakan sayembara. Nah ternyata, yang berhasil mengobati sang putri adalah seorang kakek yang sudah renta. Sayangnya, sang raja kemudian mengingkari janji karena tidak rela kalau putrinya menikah dengan laki-laki tua itu. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah sang kakek tua merupakan jelmaan seorang pemuda tampan dan Putri Lala pun jatuh cinta padanya. Namun kemudian, laki-laki itu tetap pergi. Sang putri pun patah hati dan tenggelam ke laut saat mengejar pujaan hatinya. 5. Pesan Moral dari Cerita Rakyat Tanjung Menangis Lewat legenda tersebut, kamu bisa memetik banyak sekali pelajaran. Salah satunya yaitu jangan pernah mengingkari janji yang kamu buat. Lihat saja, akibat perbuatan raja yang ingkar janji, ia malah harus kehilangan anak perempuannya. Selanjutnya, setiap orang tua tentu saja menyayangi anak-anaknya. Namun, terkadang mungkin ada caranya yang salah. Contohnya bisa kamu baca lagi cerita di atas. Selanjutnya, jangan pernah menilai seseorang hanya karena fisiknya. Bukankah penampilan tidak menjamin segalanya? Dan yang terakhir, kamu harus menyadari bahwa hidup ini terkadang memang tidak bisa diduga. Kamu mungkin akan mengalami kekecewaan, tapi bukan berarti kamu bisa melampiaskannya dengan amarah. Contohlah Daeng Paringgi yang lapang dada menerima kekecewaannya. Tak hanya unsur-unsur intrinsiknya, jangan lupakan unsur ekstrinsik yang membangun kisah Tanjung Menangis asal sumbawa ini. Unsur ekstrinsik itu meliputi nilai-nilai yang telah dipegang teguh, latar belakang penulis, dan juga masyarakatnya. Baca juga Kisah Kupu-Kupu Berhati Mulia & Ulasan Menariknya, Pengingat untuk Selalu Berbuat Baik pada Siapa Saja Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Tanjung Menangis dari Sumbawa Sumber Indonesia Traveler Nah tadi, kan, kamu sudah membaca cerita lengkap beserta ulasan singkat unsur-unsur intrinsiknya. Nah selanjutnya, masih ada fakta-fakta dari cerita rakyat Tanjung Menangis yang menarik utnuk disimak. 1. Memiliki Versi Cerita Lain Fakta menarik yang pertama adalah cerita rakyat Tanjung Menangis asal Sumbawa ini memiliki versi lain. Namanya juga legenda yang dulunya diceritakan secara turun temurun, perbedaan versi dan nama tokoh adalah hal yang lumrah. Nah, kalau di versi yang satu ini, sewaktu Daeng Paringgi kelaur dari istana, Putri Lala Intan Bulaeng berteriak histeris menangisi kepergiannya. Hal itu kemudian membuat penyakit sang putri datang kembali. Karena tidak tega, Daeng Paringgi kembali datang ke istana mengobati sang putri. Nah di sinilah, lelaki tua itu berubah menjadi laki-laki tampan yang membuat sang putri jatuh hati. Namun kemudian, ada seorang pengawal yang melihat kalau Daen Paringgi memeluk sang putri dan mengadukannya pada raja. Raja tentu saja marah karena berpikiran kalau putrinya dilecehkan. Akhirnya, sang raja menyuruh pengawalnya untuk membunuh pemuda itu. 2. Tempat Wisata Tanjung Menangis Tanjung Menangis yang legendanya kamu baca di atas bukanlah sebuah tempat khayalan. Tempat wisata ini benar-benar ada dan terkenal karena keindahannya. Wisata Tanjung Menangis terlatak di Kecamatan Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Tempat ini masih terlihat begitu asri dan sejuk. Tak hanya menarik wisatawan lokal, rupanya tempat ini juga sudah di kalangan wisatawan mancanegara. Namun sayang sekali, akses menuju ke sama masih terbilang cukup susah. Sudah Puas Membaca Cerita Rakyat Tanjung Menangis Asal Sumbawa di Atas? Demikanlah cerita beserta ulasan lengkap dari cerita rakyat Tanjung Menangis asal Sumbawa yang bisa kamu simak di sini. Semoga menghibur dan kamu bisa memetik pelajara berharga dari kisah tersebut. Selain cerita di atas, kamu pun dapat menyimak berbagai legenda dari daerah yang sayang jika dilewatkan. Beberapa contohnya adalah legenda Putri Tangguk, asal mula Sungai Mahakam, dan kisah Bunga Mawar Merah yang sombong. Kalau mencari kisah nabi, fabel, atu dongeng dari luar negeri juga ada, lho. Tunggu apalagi? Pokoknya, baca terus PosKata, yuk! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar. Asal usul Pulau Nusa merupakan cerita rakyat Kalteng yang akan kakak ceritakan pada malam hari ini. Konon munculnya Pulau Nusa disebabkan satu hewan yang sangat besar dan kuat yaitu Naga. Bagaimana kisah nya? Yuk kita baca bersama-sama. Cerita Rakyat Kalteng Asal Muasal Pulau Nusa Di Kalimantan Tengah Di dekat Sungai Kahayan, hidup seorang laki-laki bernama Nusa. Ia tinggal bersama istri dan adik iparnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, mereka bercocok tanam. Suatu saat, kemarau melanda desa mereka. Kekeringan terjadi dimana-mana. Sungai Kahayan pun lama-kelamaan surut. Tanaman mati, karena kekurangan air. Kemudian, Nusa dan keluarganya pergi meninggalkan desa itu untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Dengan menggunakan perahu mereka mengarungi Sungai Ruhan. Tiba-tiba, di tengah perjalanan, ada sebuah pohon besar yang tumbang, sehingga jatuh melintang di tengah sungai. Perahu Nusa terhambat dan perjalanan tidak dapat dilanjutkan. “Mari kita potong pohon ini, Dik!” ujar Nusa kepada adik iparnya. Mereka berdua mencoba membelah batang pohon besar tersebut. Namun, setelah sekian lama mereka mencoba, belum juga berhasil. Sementara itu, hari semakin sore, mereka belum juga makan. “Aku akan mencari sesuatu ke dalam hutan untuk kita makan. Kau lanjutkanlah pekerjaan ini;” kata Nusa kepada adik iparnya. Lalu, ia masuk ke dalam hutan. Selang beberapa saat, Nusa kembali ke perahu mereka dengan membawa sebutir telur raksasa. “Lihatlah apa yang kubawa! Telur ini cukup untuk mengisi perut kita yang lapar!” kata Nusa, “Cepat rebuslah telur ini!”” Istri dan adik ipar Nusa memandang telur tersebut dengan wajah khawatir. “Bang, lebih balk jangan memakan telur itu. Tidakkah Abang tahu itu telur apa?” kata sang istri. “Aku tidak peduli ini telur apa. Jika kalian tidak mau memakannya, biar aku saja yang menghabiskannya!” Lalu, Nusa merebus telur itu dan memakannya hingga habis. Pagi harinya ketika terbangun dari tidur, Nusa merasakan tubuhnya gatal luar biasa. Muncul bercak-bercak merah. Ia panik dan meminta istrinya membantu menggaruk tubuhnya. Namun, rasa gatal justru semakin menjadi. Bukan hanya itu, bercak-bercak merah itu lalu berubah menjadi sisik-sisik sebesar uang logam di seluruh tubuhnya. Kemudian, adik iparnya pergi mencari pertolongan. °Maafkan Abang, Dik. Rupanya, telur yang Abang makan semalam itu adalah telur naga. Beginiiah jadinya, lama-kelamaan tubuh Abang akan menyerupai naga;” Kato Nusa dengan sedih. Adik ipar Nusa datang bersama serombongan warga. Mereka sangat terkejut melihat keadaan Nusa. Tubuhnya sudah ditumbuhi sisik dari dada sampai ujung kaki. Ukuran t ubuhnya pun semakin lama semakin besar. Panas terik menyengat tubuh Nusa yang dibaringkan di pinggir sungai. “Terik sekali matahari membakar tubuhku. Aku mohon gulingkanlah aku ke sungai,” kata Nusa. Cerita Rakyat Kalteng Asal Usul Pulau Nusa Dengan saling membantu, warga mendorong tubuh Nusa ke dalam sungai. Nusa mmandang langit kemudian bicara kepada istrinya, “Adinda, sebentar lagi akan terjadi badai besar. Lebih baik kau, adikmu, dan para penduduk segera meninggalkan tempat ini. Tinggalkanlah Abang di sini. Ini sudah menjadi takdir Abang. Kita harus berpisah. Maafkanlah Abang;” kata Nusa dengan sedih. Istri Nusa menangis tersedu-sedu, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia pun pergi menyelamatkan diri bersama adiknya dan para penduduk. Benar saja. Menjelang malam, hujan besar melanda daerah itu. Petir bergemuruh dan Sungai Ruhun pun meluap. Tubuh Nusa hanyut terbawa banjir ke Sungai Kahayan. Sampai di muara Sungai Kahayan, Nusa berdiam diri. Ada banyak ikan kecil di sana yang bisa disantapnya. Namun, kehadirannya membuat cemas ikan-ikan di sekitarnya. Hidup mereka terancam. Lalu, mereka berunding mencari cara untuk membuat naga besar itu tidak lama tinggal di sana. “Bagaimana cara kita mengusirnya dari sini, teman-teman?” kata ikan jelawat. “Aku ada ide. Kalian tenanglah, tunggu aku beri aba-aba kepada kalian untuk membantuku.” kata ikan saluang. Sore harinya, Naga Nusa melihat seekor ikan saluang duduk termenung tidak jauh darinya. “Hai ikan mungil, kenapa kau terlihat sedih begitu?” tanya Naga Nusa. Ikan saluang menatap Naga Nusa dengan takut, “Tuan Naga, kemarin aku bertemu dengan seekor naga yang besarnya sama denganmu. Ia tahu kau tinggal di sini. Ia memintaku untuk menyampaikan kepadamu bahwa ia menantangmu berkelahi.” “Apa? Ia berani menantangku? Baiklah! Katakan kepadanya besok aku tunggu di sini.” seru Naga Nusa geram. Keesokan harinya, Naga Nusa sudah menunggu lawannya. Ia mondar- mandir sampai kelelahan, tetapi tak satu pun ikan datang. Bahkan, ikan saluang pun tidak muncul. Nusa pun kelelahan dan tertidur. Melihat Naga Nusa tertidur, ikan saluang yang semenjak tadi bersembunyi berjalan mendekati ekor naga tersebut. Tiba-tiba ia berteriak, “Tuan Naga! Musuhmu datang!” Naga Nusa terkejut dan memutar kepalanya ke arah ekornya, gerakannya mengeluarkan bunyi mendesau yang sangat keras. Nusa mengira bunyi itu adalah bunyi musuhnya, dengan cepat ia menggigit ekornya, karena dikiranya itu adalah musah yang datang Nusa melolong kesakitan. Ikan saluang segera memanggil teman temannya dan bersama-sama menggerogoti luka di ekor Naga Nusa. Nusa semakin kesakitan dan bergerak-gerak sekuat tenaga menghindari gigitan ribuan ikan kecil di ekornya. Lama-kelamaan ia kehabisan tenaga kemudian mati. Semakin hari kerangka naga yang mati tersebut tertimbun dan ditumbuhi pepohonan. Lama-kelamaan kerangka yang ditumbuhi pohon itu semakin luas sehingga membentuk sebuah pulau. Pulau inilah yang dinamakan Pulau Nusa. Letak pulau ini di Sungai Kahayan Pesan moral dari cerita rakyat kalteng Asal Usul Pulau Nusa adalah sebaiknya kita selalu berhati-hati dengan sesuatu yang tidak kita ketahui asal usulnya. Baca Cerita rakyat Kalimantan Tengah lainnya pada artikal kakak berikut ini Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah Buaya dan Naga Memang belum terlalu banyak kumpulan cerita rakyat Nusa Tenggara Timur yang telah kami posting. Namun kami pastikan legenda dri NTT yang ada di blog ini mengandung pesan moral didalamnya. Pada kesempatan kali ini kami membagikan beberapa koleksi dongeng rakyat pendek yang pernah kami posting sebelumnya. Selamat mendongeng dan selamat membaca yah Papa dan Mama. Kumpulan Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur yang Paling Populer Legenda Rakyat Watu Maladong Dahulu kala di Sumba, hiduplah seorang petani yang sehari hari mengerjakan kebun miliknya. Pada suatu pagi, sang petani yang bermaksud melihat kondisi kebunnya sangat terkejut manakala melihat tanaman miliknya hancur berantakan. Ia mengamati sekeliling dan menemukan jejak babi hutan. Sang petani tak habis pikir bagaimana babi babi itu bisa masuk ke dalam kebunnya yang sekelilingnya dipagar tinggi. Pintu masuk kebunnyapun selalu tertutup dan dikunci kalau sang petani pulang ke rumah. Rasa penasaran membuat sang petani memutuskan untuk menunggui kebunnya malam itu. Dengan bekal tombak sakti warisan leluhurnya yang bernama Numbu Ranggata, sang petani duduk diam diatas sebuah pohon sambil mengamati sekeliling. Dugaan petani itu benar. Tak berapa lama ia menunggu, terdengarlah suara sekawanan babi hutan mendatangi kebunnya. Sungguh aneh, kawanan babi itu mampu menembus tembok pembatas kebunnya dengan mudah. Sang petani mengamati seekor babi yang tengah asyik memakan umbi keladi persis dibawah pohon tempat ia duduk. Karena penasaran, sang petani melempar tombak Numbu Ranggata miliknya yang tepat mengenai perut babi sial itu. Sekawanan babi hutan itu langsung pergi meninggalkan kebun begitu mengetahui ada anggotanya yang terluka. Tombak Numbu Ranggata milik sang petani itupun ikut terbawa pergi. Pagi pagi sekali sang petani mulai menyusuri jejak darah dari perut babi yang terluka. Kali ini bukan hanya rasa penasaran yang ada dihatinya, sang petani juga resah karena tombaknya ikut terbawa. Tombak Numbu Ranggata miliknya itu harus kembali. Tombak itu adalah tombak sakti yang diwariskan leluhurnya turun temurun. Lagi lagi timbul keanehan. Jejak darah si babi hutan berhenti di tepi pantai. Sang petani bingung bagaimana mungkin kawanan babi itu datang dari pulau lain. Hal itu membuat sang petani termenung beberapa saat di tepi pantai. Ia tak habis pikir apa yang sebenarnya terjadi. Tiba tiba sang petani dikejutkan oleh sebuah suara yang menyapanya. “Apa yang sedang kau lamunkan hai manusia ?”, tanya seekor penyu yang rupanya bisa bercakap cakap. Lagi lagi sang petani terkejut. Belum pernah ia bertemu dengan hewan yang mampu berbicara layaknya seorang manusia. Meski jantungnya masih berdebar kencang karena terkejut, sang petani menceritakan apa yang dialaminya kepada si penyu. “Aku akan mengantarmu ke pantai seberang jika kau mau”, tawar penyu kepada sang petani. “Aku yakin kau akan menemukan apa yang kau cari disana”, ujarnya lagi. Sang petani semula ragu untuk menerima tawaran penyu besar itu. Namun ketakutannya dikutuk karena telah menghilangkan tombak sakti warisan leluhurnya, membuat sang petani akhirnya setuju. Ia pun segera naik ke punggung penyu. Si penyu bergerak membawa sang petani ke pulau seberang. Setelah menempuh perjalanan sehari semalam, tibalah penyu dan sang petani di sebuah pulau berpantai indah. “Semoga kau menemukan apa yang kau cari disini”, kata penyu seraya pamit kepada sang petani. “Jika kau memerlukanku, panjatlah sebuah pohon di pantai dan berteriaklah kearah laut, aku akan datang menjemputmu”, pesannya lagi. Tak lama kemudian penyu itu kembali berenang ke tengah laut. Sang petani berjalan menyusuri pantai sambil berharap menemukan seseorang tempat ia bertanya. Tak memerlukan waktu lama matanya menangkap sebuah rumah sederhana tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia segera menghampiri rumah itu dan mengetok pintunya. Sang petani berharap empunya rumah bisa memberinya petunjuk. Pemilik rumah itu adalah seorang nenek yang tinggal seorang diri. Setelah memberikan sang petani sedikit makan dan minum, si nenek menanyakan apa maksud kedatangan sang petani ke pulau itu. Ia mendengarkan cerita sang petani sambil terkadang menganggukkan kepala tanda mengerti. “Aku paham ceritamu. Babi babi yang merusak kebunmu adalah babi jadi jadian dari pulau ini”, kata si nenek. “Mereka adalah sekelompok manusia yang mempunyai ilmu gaib. Mereka merupakan orang orang yang menguasai pulau ini ”, tambahnya lagi. Kelihatannya si nenek tahu pasti tentang penduduk pulau tempatnya berdiam. Sang petani sungguh senang karena pertanyaannya tentang babi babi yang merusak kebunnya terjawab sudah. Namun demikian ia tak dapat meninggalkan pulau itu tanpa membawa pulang tombak saktinya, Numbu Ranggata. Beruntunglah nenek yang baik hati itu mau melatih sang petani beberapa jurus ilmu sakti yang ia miliki. Setelah beberapa hari tinggal di rumah nenek itu, sang petani segera pergi ke perkampungan sesuai petunjuk si nenek. Disana ia tinggal sebagai pendatang yang diterima bekerja pada seorang penduduk yang cukup berada. Dari hari ke hari sang petani terus memasang telinganya dengan baik. Ia senantiasa menyimak setiap pembicaraan orang di sekitarnya. Sang petani berharap segera memperoleh informasi yang ia perlukan. Pada suatu malam tanpa sengaja sang petani mendengar percakapan tuannya tentang kepala suku mereka yang sedang sakit. Sudah banyak tabib yang mencoba mengobatinya, bahkan yang didatangkan dari pulau pulau lain, namun semuanya gagal. Sang kepala suku masih saja terbaring sakit. Sang petani memberanikan diri untuk mengobati kepala suku itu. Ia pun memohon bantuan tuannya untuk dibawa ke kepala suku. Sang petani menduga kepala suku dan keluarganya adalah orang orang sakti pemilik ilmu gaib seperti yang diceritakan si nenek. Keesokan harinya, dengan ditemani tuannya, sang petani berhasil menemui kepala suku. Atas ijin keluarga yang mulai putus asa, sang petani diijinkan untuk melihat kondisi kepala suku. Rupanya firasat petani itu benar adanya. Matanya langsung tertuju pada perut sebelah kanan kepala suku yang terus meneteskan darah. Ia teringat akan tombaknya yang menancap di perut seekor babi jadi jadian tempo hari. “Kalau boleh saya menebak, apakah perut bapak tertikam sebilah tombak ?”, tanya sang petani langsung pada kepala suku. Kepala suku dan seluruh anggota keluarganya yang ada di ruangan itu terkejut. Mereka tak menyangka sang petani mengetahui penyebab sakitnya kepala suku. Kepala suku mengangguk perlahan seraya berkata, “Ya, perutku tertikam tombak”, ujarnya pelan. “Jika kau berhasil mengobati lukaku ini, aku akan memberikan apa saja yang kau mau”, janjinya lagi. Kepala suku berharap sang pendatang di kampungnya itu mampu mengobatinya. “Baiklah..”, kata sang petani singkat. “Besok pagi aku akan kembali membawa ramuan untuk bapak minum”, ujarnya lagi. Sang petani dan tuannya segera pamit pulang. Sore itu sang petani datang lagi menemui nenek tua di tepi pantai. Sang nenek memberinya ramuan untuk mengobati kepala suku. “jika kepala suku itu telah sembuh, selain tombak Numbu Ranggata milikmu, mintalah juga batu yang disebut Watu Maladong miliknya. Batu itu mampu menciptakan sumber air dan menumbuhkan tanaman palawija dimana saja yang kau kehendaki”, kata si nenek lagi. Sang petani tertarik sekali atas usul si nenek, iapun menyetujuinya. Si nenek memberinya beberapa jurus ilmu sakti lagi kepada sang petani. Si nenek tahu kepala suku itu tak akan memberikan Watu Maladong dengan cuma cuma. Ia pasti akan mengajak sang petani mengadu kesaktian lebih dulu. Sungguh ajaib, ramuan sakti yang diberikan sang petani kepada kepala suku langsung membuat lukanya sembuh. Kepala suku seketika itu juga merasa dirinya pulih seperti sediakala. Hatinya sungguh senang. Ia sangat berterima kasih kepada sang petani. “Apa yang kau minta sebagai balasan atas jasamu menyembuhkanku ?”, tanya kepala suku kepada sang petani. “Kalau tak keberatan, ada dua permintaanku”, kata sang petani sambil menatap kepala suku. “Aku minta tombak yang menghujam perutmu dikembalikan. Sesungguhnya tombak itu adalah milikku yang merupakan warisan dari leluhurku”, kata sang petani perlahan. Wajah kepala suku merah padam mendengar ucapan sang petani. “Berarti orang ini mengetahui rahasia keluargaku yang bisa menjadi babi jadi jadian”, pikirnya sambil mencoba menahan amarah. “Bukankah ia yang melemparkan tombaknya ke perutku sewaktu aku berwujud seekor babi ?”, ujar kepala suku dalam hati sambil menatap tajam kearah sang petani. “Baiklah..”, kata kepala suku singkat dengan suara bergetar. “Aku akan mengembalikan tombakmu”, katanya singkat. “Lalu apa permintaanmu yang kedua ?”, tanyanya tak sabar. Sang petani semula ragu mengutarakan keinginannya. Tapi mengingat kampung halamannya memerlukan mata air dan tanaman palawija yang bisa tumbuh subur disana, akhirnya ia berkata. “Aku menginginkan Watu Maladong milikmu”, ujarnya dengan suara sedatar mungkin. “kampungku memerlukannya”, tambahnya lagi sambil mengamati reaksi kepala suku. Kepala suku bagaikan disambar petir mendengar permintaan sang petani. “Tentulah orang ini bukan orang sembarangan”, pikirnya mengambil kesimpulan. “Kalau tidak, bagaimana mungkin ia tahu Watu Maladong kepunyaanku ?”, gumamnya perlahan sambil menahan tubuhnya yang mulai gemetar menahan emosi. “Kau tahu kesaktian Watu Maladong milikku bukan ?”, tanya kepala suku. Sang petani mengangguk. “Aku akan memberikannya padamu dengan satu syarat”, ujar kepala suku dengan tegas. “Kau harus bisa mengalahkan kesaktianku lebih dulu”, kepala suku berkata sambil berdiri. “Jika kau setuju, aku menunggumu nanti malam untuk bertempur di tanah lapang belakang rumahku”. Sang petani setuju. Ia kembali ke rumah si nenek di tepi pantai sambil membawa Numbu Ranggata yang dikembalikan kepala suku kepadanya. “Tak usah gentar”, kata si nenek kepada sang petani yang terlihat ragu. “Sesungguhnya kaupun memiliki kesaktian sebagai pemilik Numbu Ranggata”, ujar si nenek pelan. “Kau bisa mendatangkan petir dengan mengarahkan tombakmu ke langit”, lanjutnya lagi. “Petir itu akan menyambar siapa saja yang menjadi lawanmu”. Sang petani mendengarkan kata kata si nenek dengan seksama. “Satu hal yang perlu kau ketahui”, si nenek berkata sambil memandang kearah laut. “Jurus andalan mereka adalah mengguncang bumi. Jangan panik jika bumi mengguncangmu. Diam saja dan menyatulah dengan bumi. Niscaya goncangannya akan segera berhenti”, lanjut si nenek membuka rahasia kepala suku. Setelah mendengar penjelasan si nenek, petani itu yakin dirinya akan menang bertarung melawan kepala suku. Ketika matahari mulai terbenam, ia berangkat menuju rumah kepala suku dengan membawa tombak saktinya. Seluruh keluarga kepala suku telah berkumpul di lapangan belakang rumah mereka. “Lawanlah putra sulungku”, kata kepala suku sambil berdiri menyambut kedatangan sang petani. “Jika kau berhasil mengalahkannya maka itu berarti kau telah mengalahkanku”, katanya seraya menepuk nepuk pundak seorang pemuda yang berdiri di sampingnya. Pertempuranpun dimulai. Setelah beradu kesaktian lewat perkelahian sengit, sang petani dan putra kepala suku sama sama tangguh. Mereka telah bertempur selama dua jam lebih ketika akhirnya putra kepala suku menggunakan jurus andalannya. Ia segera memejamkan mata, menunjuk bumi dengan kedua belah telapak tangannya dan seketika itu juga bumi tempat sang petani berdiri berguncang dengan hebatnya. Sang petani teringat akan kata kata si nenek. Iapun segera berbaring sambil memegang Numbu Ranggata di tangan kanannya. Matanya terpejam, ia membiarkan tubuhnya seolah olah menyatu dengan bumi. Sang petani merasakan bumi terbelah dan ia tertelan bumi. Meski sedikit panik, ia terus memejamkan mata sambil menenangkan diri. Cukup lama sang petani merasakan tubuhnya terguncang sebelum akhirnya guncangan itu semakin berkurang. Kira kira satu jam kemudian sang petani mendapati dirinya berada dalam posisi terlentang di atas tanah tempatnya berdiri. Sang petani bersyukur dirinya baik baik saja. Tak mau membuang waktu, sang petani segera mengarahkan tombak saktinya kearah langit malam. Tak lama kemudian petir menyambar nyambar membelah langit yang gelap. Sinarnya sungguh menyilaukan mata. Sebuah petir yang diikuti suara menggelegar menyambar tubuh pemuda lawannya. Tubuh sang pemuda itu hangus terbakar. Seketika itu juga sang pemuda tewas. Kepala suku dan seluruh keluarganya memekik. Mereka terkejut melihat kematian sang pemuda. Meski menahan kesedihan yang begitu mendalam, kepala suku berjiwa besar dan menerima kekalahannya. Ia menyerahkan Watu Maladong yang sedari tadi dibawanya kepada sang petani. “Batu ini ada tiga”, katanya sambil menyerahkannya kepada sang petani. “Ketiga batu ini akan mengeluarkan air di tempat yang kau inginkan. Ketiganya juga akan menumbuhkan padi, jagung, dan jewawut di tanah kelahiranmu kelak”, tambahnya. Kepala suku dan seluruh keluarganya mengantarkan sang petani ke pinggir desa. Sang petani yang membawa Numbu Ranggata dan Watu Maladong itupun singgah di rumah nenek yang telah menolongnya untuk pamit. Ia memanjat pohon kelapa di depan rumah si nenek dan memanggil penyu yang segera datang untuk membawanya pulang kembali ke Sumba. Ia naik ke punggung penyu dan menghilang di lautan. Watu Maladong yang dibawa sang petani memberikan empat mata air di Sumba yaitu mata air Nyura Lele di Tambolaka, mata air Weetebula di Weetebula, mata air Wee Muu di perbatasan Wewewa Barat dan Wewewa Timur dan mata air Weekello Sawah di Wewewa Timur yang bentuknya menyerupai juluran lidah seekor naga. Ketiganya juga menumbuhkan padi, jagung, dan jewawut di tanah Sumba. Dari berbagai sumber Kumpulan Cerpen Singkat – Dongeng Rakyat Nusa Tenggara Timur Di Pulau Timor, ada seorang petani yang memiliki empat belas anak, tujuh laki-laki dan tujuh perempuan. Hasil kebun mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup karena sering dirusak babi hutan. Petani itu pun menugaskan anak laki-lakinya untuk menjaga kebun. Namun, hanya ada satu anaknya yang pemberani, yaitu Suri Ikun. Suatu malam, kakak tertua mengajak Suri Ikun mencari gerinda milik ayahnya di tengah hutan. Namun saat mencari, Suri Ikun ditinggal sendiri di tengah hutan. Lalu, Para hantu hutan menangkap Suri Ikun. Mereka mengurung Suri Ikun di dalam gua. Pada gua itu ada celah kecil, membuat sinar matahari bisa masuk. Karena kurus, para hantu memberi Suri Ikun makanan agar lekas gemuk. Setelah gemuk, barulah Suri Ikun akan mereka mangsa. Kumpulan Cerpen Singkat Anak Untuk lebih jelas baca posting kami berikut ini Kumpulan Cerpen Singkat – Dongeng Rakyat Nusa Tenggara Timur Contoh cerita rakyat pendek dari Nusa Tenggara Timur Dikisahkan, ada seorang gadis jelita, putri seorang raja, bernama Putri Bete Dou, di Kerajaan Nusa Tenggara Timur. Ia hidup seorang diri di rumah pohon di dalam hutan. Suatu malam ia kedatangan tamu tak diundang. “Siapa di luar? Ada apa gerangan datang ke mari?” Tanya Putri dari balik pintu. “Aku putra raja Kerajaan Loro. Namaku Mare Loro,” jawab Mare Loro. “Suaramu sangat merdu, aku senang mendengarnya. Bolehkah aku masuk?” lanjut Mare Loro penuh kekaguman dan harapan. Putri Bete Dou merasa melayang perasaannya dipuja puji oleh seorang putra raja. Pintu dibuka dan sejenak terdiam kaku seperti tersihir pesona wajah masing-masing. Contoh cerita rakyat pendek NTT Untuk lebih lengkap cerita ini silahkan kunjungi link berikut ini Contoh cerita rakyat pendek dari Nusa Tenggara Timur Cerita Rakyat NTT – Dongeng Nusa Tenggara Timur Tampe Ruma Sani Alkisah pada zaman dulu ada seorang anak perempuan yang suka menguncir rambutnya yang panjang bernama Tampe Ruma Sani. Namanya memang agak sulit, tetapi artinya begitu bermakna untuk masa depannya. Tampe Ruma Sani sudah setahun ditinggal mati oleh ibunya. Kini dia hidup bernama ayah dan adik lelakinya. Karena ayahnya bekerja sebagai nelayan dan adiknya masih sangat kecil, maka hampir semua pekerjaan rumah dilakukan oleh Tampe Ruma Sani. Setiap hari ia bertugas memasak, membersihkan rumah serta ikut menjual hasil tangkapan ayahnya. Meskipun demikian, gadis kecil itu tak pernah mengeluh. Cerita Rakyat NTT Dongeng Nusa Tenggara Timur Cerita lengkap legenda ini bisa diikuti dilink berikut ini Cerita Rakyat NTT – Dongeng Nusa Tenggara Timur Tampe Ruma Sani Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur Bete Dou Pada zaman dahulu kala di daerah Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah Kerajaan yang di pimpin oleh seorang Raja yang memiliki dua orang anak, laki-laki dan perempuan yaitu Manek Bot dan Bete Dou. Bete Dou adalah seorang putri yang cantik jelita, ia sangat dicintai dan dikasihi oleh Raja dan Permaisuri juga kakak Iaki-lakinya yaitu Manek Bot. Sri Baginda Raja serta permaisuri sangat berharap Putri Bete Dou akan membawa berkah kesejahteraan, mereka memiliki rencana akan memingit Bete Dou supaya selalu terjaga kesuciannya. Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur Bete Dou Baca dongeng lengkapnya di link berikut ini Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur Bete Dou Pesan moral dari Kumpulan Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur ini adalah Jadilah anak yang rajin belajar dan mengasah kemampuan, anak yang cerdas dan memiliki berbagai keahlian akan sukses dimasa yang akan baik kepada siapapun dan kapanpun maka kamu akan disukai oleh orang lain. Dan saat kamu mendapatkan kesulitan kamu akan mendapat bantuan dari yang tidak pernah kamu duga sebelumnya. Pranala Luar fanspage ini berisi dongeng dan cerita rakyat Nusantara dan Dunia Channel youtube yang berisi kumpulan dongeng duniaKumpulan Cerita Rakyat KalimantanCerita Rakyat Indonesia

cerita rakyat dari nusa laut